Aterosklerosis
merupakan penyakit pada arteri yang lebih besar. Dimulai pada masa kanak-kanak
dengan akumulasi lipid yang terlokalisasi dalam intima arteri yang disebut fatty streak (garis-garis lemak). Sampai
dengan usia paru baya beberapa fatty streak ini berkembang menjadi plak
aterosklerosis., lesi fokal dimana dinding arteri jelas abnormal. Plak mungkin
berukuran beberapa sentimeter, dan paling umum terdapat di dalam aorta, arteri koronaria, dan arteri karotis interna, serta sirkulus willisi. Ciri-ciri suatu plak
arterosklerosis yaitu sebagai berikut:
1.
Dinding
arteri menebal secara fokal oleh proliferasi sel otot polos intima dan deposisi
jaringan ikat fibrosa, yang membentuk suatu selubung fibrosa yang keras.
Selubung ini menonjol ke dalam lumen vascular, membatasi aliran darah, dan
seringkali menyebabkan iskemia pada daerah jaringan yang disuplai oleh arteri.
2.
Suatu
kumpulan lunak dari lipid ekstraseluler dan debris sel berakumulasi di bawah
selubung fibrosa (athera=bubur). Penumpukan ini melemahkan dinding arteri,
sehingga selubung fibrosa dapat retak atau robek. Akibatnya, darah masuk ke
dalam lesi dan terbentuk thrombus (bekuan darah). Thrombus ini, dapat terbawa
ke vascular bed aliran (upstream) sehingga menyumbat pembuluh darah yang lebih
kecil. Yang kemudian menyebabkan infark miokard jikaterjadi di dalam arteri
koroner, atau menyebabkan stroke jika terjadi dalam arteri serebri.
3.
Endotel
di atas lesi menghilang sebagian atau seluruhnya. Ini dapat menyebabkan
pembentukan thrombus yang terus berlanjut, sehingga menyebabkan oklusi aliran
intermitten seperti pada angina tak stabil.
4.
Lapisan
sel otot polos media di bawah lesi mengalami degenerasi. Hal ini melemahkan
dindingg vaskuler, yang dapat mengembang dan akhirnya rupture.
Pathogenesis
aterosklerosis
Resiko perkembangan aterosklerosis sebagian ditentukan
secara genetik.
Insidensi dari konsekuensi klinis aterosklerosis seperti penyakit jantung
iskemik meningkat seiring usia, terutama setelah usia 40 tahun. Laki-laki lebih
banyak menderita daripada wanita karena kemungkinan efek protektif dari
estrogen. Faktor predisposisinya yaitu merokok, hipertensi, diabetes, dan
tingginya kolesterol serum.
Hipotesis mengenai pathogenesis aterosklerosis yang
paling banyak diterima adalah bahwa aterosklerosis diinisiasi oleh cidera atau
disfungsi endotel. Plak cenderung terbentuk pada area yang memiliki berbagai
stress regangan hemodinamik (misalnya ditempat percabangan arteri atau
bifurkasi). Endotel rentan rusak pada area tersebut, disfungsi endotel memacu
adhesi monosit, sel darah putih yang tertimbun dibawah lapisan monolayer
endotel, dan menjadi makrofag. Makrofag dalam keadaan normal berperan penting
selama inflamasi, merupakan respon tubuh terhadap cidera dan infeksi. Makrofag
melakukan peran tersebut dengan bekerja sebagai sel pengangkut untuk mengangkut
sel mati dan benda asing, dan juga melepaskan sitokin dan faktor pertumbuhan
untuk memacu penyembuhan. Namun demikian, makrofag dalam dinding arteri dapat
teraktivasi secara normal, menyebabkan suatu tipe reaksi inflamasi lambat, yang
akhirnya menghasilkan plak lanjut dan berbahaya secara klinis.
Lesi aterosklerosis memiliki konsekuensi klinis
paling penting bila terjadi pada arteri koroner. Lesi dimana selubung fibrosa
menjadi tebal cenderung menyebabkan stenosis yang signifikan, atau penyempitan
lumen vascular, yang secara bertahap menyebabkan iskemia jantung, terutama saat
kebutuhan oksigen miokardium meningkat. Hal ini menyebabkan angina stabil. Pada
plak lanjut seringkali terdapat area denudasi endotel yang besar, yang menjadi
lokasi pembentukan thrombus. Selain itu, lesi yang kaya lipid dan sel busa
biasanya tidak stabil dan cenderung robek serta terbuka. Rupture plak ini
mungkin ditolong oleh adanya limfosit T dalam lesi, karena limfosit ini
menghasilkan interferon gamma yang menginhibisi pembentukan matriks, dan
makrofag, yang menghasilkan protease yang mendegradasi matriks jaringan ikat.
Rupture plak memungkinkan darah memasuki lesi, menyebabkan pembentukan thrombus
pada permukaan dan / atau dalam lesi, seringkali terjadi pada sindrom koroner
akut seperti angina takstabil atau infark miokard. Thrombus kronik nonfatal
secara bertahap dapat digantikan oleh jaringan ikat dan bergabung dalam lesi,
suatu proses yang disebut organisasi.
Referensi :
Aaronson,
P.I. & Jeremy, P.T.W. (2010). At a
glance sistem kardiovaskular edisi
ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga
Tao,
L dan Kendall, K. (2013). Sinopsis organ
system kardiovaskuler pendekatan dengan sistem terpadu dan
disertai kumpulan kasus klinik. Jakarta : Kharisma Publishing Group